2.1Biografi Ikhwan Al-Shafa
Ikhwan Al-Shafa adalah perkumpulan
para mujtahidin dalam bidang filsafat yang memfokuskan perhatiannya pada bidang
dakwah dan pendidikan.Identitas kelompok ini tidak jelas karena mereka bersama
para anggota merahasiakan diri dari aktivitas mereka.Organisasi ini didirikan pada abad ke-4H/10M,di kota
Basrah.Secara umum kemunculan Ikhwan Al-Shafa dilatarbelakangi oleh
keprihatinan terhadap pelaksanaan ajaran islam yang telah tercemar oleh ajaran
dari luar islam dan untuk membangkitkan kembali rasa cinta pada ilmu
pengetahuan di kalangan umat islam.
Organisasi
ini berhasil meninggalkan karya ensiklopedis tentang ilmu pengetahuan dan
filsafat,yang dikenal dengan judul Rasail Ikhwan al-Shafa,yang terdiri dari 52
risalah yang dapat dibagi ke dalam empat kelompok,yaitu kelompok risalah dalam
bidang matematika,kelompok risalah dalam bidang fisika,kelompok risalah yang
berbicara tentang jiwa manusia,dan kelompok risalah yang mengkaji masalah
metafisika.
Organisasi ini juga
mengajarkan tentang dasar-dasar agama islam yang
didasarkan pada persaudaraan islamiyah,yaitu
sikap yang memandang iman seorang muslim tidak akan sempurna kecuali jika ia
mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri.Sebagai sebuah
organisasi ia memiliki semangat dakwah dan tabligh yang amat militan serta kepedulian
yang tinggi terhadap orang lain.
Disinilah letak relevansinya pembahasan tentang Ikhwan Al-Shafa
dengan pendidikan.Organisasi ini mengutamakan pendidikan dan pengajaran yang
berkenaan dengan pembentukan pribadi, jiwa, akhlak, dan akidah.Pandangannya
tentang pendidikan dapat dilihat dari uraian berikut ini.
2.2
Konsep Pendidikan Ikhwan Al-Shafa
Menurut Ikhwan Al-Shafa bahwa perumpamaan orang yang
belum dididik dengan ilmu akidah,ibarat kertas yang masih putih bersih,belum
ternoda oleh apapun juga.Apabila kertas ini di tulis sesuatu,maka kertas
tersebut telah memiliki bekas noda yang tidak mudah dihilangkan. Pandangan
seperti ini dihasilkan melalui penafsirannya terhadap ayat yang berbunyi:
والله اخرجكم من بطون
امهاتكم لاتعلمون شيأ وجعل لكم السمع والابصار والافئدة لعلكم تشكرون
Artinya : Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu
dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun,dan Dia memberi kamu
pendengaran,penglihatan dan hati agar kamu bersyukur.(Q.S.an-Nahl:78)
Berdasarkan ayat tersebut,dinyatakan oleh ikhwan bahwa
sewaktu manusia dilahirkan tidak memiliki pengetahuan karena di dalam jiwa
manusia yang baru lahir itu belum ada bentuk objek pengetahuan.Keberadaan objek
pengetahuan di dalam jiwa manusia terjadi setelah penggunaan panca indera dan
daya akalnya.Hal itu baru terjadi setelah manusia menjalani kehidupan dunia
dengan menggunakan organ fisiknya.
Kebutuhan Jiwa manusia terhadap ilmu pengetahuan tidak
memiliki keterbatasan pada ilmu agama (naqliyah) semata.Manusia juga memerlukan
ilmu umum (aqliyah),terutama ilmu kealaman dan filsafat.Ikhwan Al-Shafa membagi
pengetahuan pada tiga kelompok yaitu,pengetahuan adab/sastra,pengetahuan syariat,pengetahuan
filsafat.
Dalam hal ini,ilmu agama tidak bisa berdiri sendiri
melainkan perlu bekerja sama dengan ilmu-ilmu aqliyah,terutama ilmu kealaman
dan filsafat.Ikhwan Al-Shafa pun mengklasifikasi ilmu pengetahuan aqliyah
kepada tiga kategori yaitu matematika,fisika, dan metafisika.Ketiga klasifikasi
tersebut berada pada kedudukan yang sama,yaitu sama-sama bertujuan
menghantarkan peserta didik mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.Menurut
Ikhwan Al-Shafa,ketiga jenis pengetahuan tersebut dapat diperoleh melalui
bantuan panca indera,akal,dan inisiasi(bimbingan atau otoritas ajaran agama).
Menurut Ikhwan,manusia secara universal berpeluang untuk
memliki semua jenis pengetahuan.Namun,hal itu tidak berarti bahwa setiap orang
harus memiliki seluruh bidang itu.Ikhwan menegaskan bahwa ‘’tidak semua
pengetahuan pantas dipelajari dan diterima oleh setiap orang,karna manusia
memiliki keterbatasan dalam kemampuannya untuk menguasai berbagai ilmu
pengetahuan’’.
Dari ketiga kategori yang telah disebutkan
sebelumnya,Ikhwan seakan-akan mengisyaratkan bahwa ilmu pengetahuan harus di spesialisasi
sehingga masing-masing manusia memiliki otoritas dalam bidangnya.Setiap orang
dapat menjadi spesialis di bidang-bidang tertentu dan dapat mendalami suatu
disiplin ilmu sesuai dengan bakat dan kemampuannya.
Menurut mereka sudah merupakan kebijaksanaan Tuhan untuk
menentukan bahwa di antara manusia harus ada yang menguasai keahlian
tertentu,seperti berniaga,bertukang,ahli politik,pekerja sosial dan
lain-lain.Keanekaragaman itu pulalah yang menuntut sikap saling tolong-menolong
sesama manusia.Sebagian manusia harus mendalami suatu ilmu serta
menguasainya,sementara yang lainnya menguasai bidang yang lain.Sehingga secara
keseluruhan manusia secara bersama-sama dapat membangun peradaban manusia
sebagai khalifah Allah di muka bumi.
Teori Ikhwan Al-Shafa tentang pendidikan didasarkan atas
gagasan filsafat Yunani.Menurut Ikhwan Al-Shafa,setiap anak lahir dengan
membawa sejumlah bakat(potensi) yang perlu diaktualisasikan.Oleh karena
itu,pendidik tidak boleh menjejali otak peserta didik dengan ide-ide atau
keinginannya sendiri.Pendidik hendaknya mengangkat potensi laten yang terdapat
dalam diri peserta didik.
Pada empat tahun pertama,anak secara tidak sadar menyerap
semua ide dan perasaan dari lingkungan sosialnya.Setelah itu pada proses
selanjutnya ia mulai meniru sikap dan ide dari orang-orang di sekitarnya.Disini
pendidik dan orang tua dituntut untuk memberikan contoh yang baik dalam
perilaku dan tindakannya sehari-hari.
2.3 Metode untuk
mendapatkan pengetahuan menurut Ikhwan Al-Shafa
Ikhwan Al-Shafa memandang bahwa ilmu pengetahuan dapat
diperoleh melalui tiga cara,pertama,dengan cara menggunakan panca indera
terhadap objek alam semesta yang bersifat empirik.Ilmu model ini berkaitan
dengan tempat dan waktu.Kedua,dengan cara menggunakan informasi atau berita
yang disampaikan oleh orang lain.Ilmu yang dicapai dengan cara yang kedua ini
hanya dapat dicapai oleh manusia,dan tidak dapat dicapai oleh binatang.Ketiga,Ikhwan
Al-Shafa menyebutkan tentang ilmu yang dapat dicapai melalui tulisan dan bacaan.
Dengan cara tersebut manusia dapat memahami
kalimat,bahasa,dan ungkapan-ungkapan yang ditangkap melalui pikiran.Pada bagian
lain Ikhwan Al-Shafa berpendapat bahwa pada dasarnya semua ilmu itu harus
diusahakan,bukan dengan cara pemberian tanpa usaha.Ilmu yang demikian didapat dengan
menggunakan panca indera.
Dengan kata lain ,ilmu yang dihasilkan oleh pemikiran
manusia itu terjadi karena mendapat bahan-bahan informasi yang dikirim oleh
panca indera.Manusia pada mulanya tidak mengetahui apa-apa,lalu karena adanya
panca indera yang mengirimkan informasi, maka manusia dapat mengetahui sesuatu.
Sejalan dengan pendapatnya yang mengatakan bahwa ilmu itu
harus diusahakan,maka dalam usaha tersebut memerlukan guru.Nilai seorang guru
menurutnya bergantung kepada caranya menyampaikan ilmu pengetahuan.Untuk hal
ini mereka mensyaratkan agar seorang guru memiliki syarat-syarat tertentu.
Syaratnya ialah seorang guru harus sesuai dengan sikap
dan pandangan politik Ikhwan Al-Shafa serta sesuai pula dengan tujuan penyiaran
dakwahnya.Keberhasilan seorang pelajar tergantung kepada guru yang cerdas,baik
akhlaknya, lurus tabiahnya ,bersih hatinya, menyukai ilmu,bertugas mencari
kebenaran,dan tidak bersifat fanatisme terhadap suatu aliran.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa konsep
pendidikan yang dianut oleh Ikhwan Al-Shafa sangat dipengaruhi oleh pandangan
kelompoknya.Organisasi ini nampak sangat militan dan solid dalam menggalang
misi dakwah yang dianutnya.Sehingga dapat mencetak peserta didik yang
berakhlakul karimah dan memiliki wawasan intelektual yang tinggi.